Analisis Phonem Bahasa Bugis
dengan
Menggunakan Pasangan Minimal (Minimal Pair)
Oleh:
Yuliana (P0500215006)
A.Sandra Rahmi (P0500215007)
Program Studi Linguistik
PascaSarjana Universitas Hasanuddin
Makassar 2015
Phonology
merupakan salah satu cabang linguistic
yang mempelajari tentang bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh penutur saat
mengucapkan suatu tuturan baik yang berupa kata maupun kalimat. Ilmuwan yang berasal dari Eropa
Ferdinand De Saussure menyatakan bahwa bunyi bahasa bersifat dua, yaitu ujar (parole) dan sistem (langue). Untuk membedakannya, digunakan istilah fon untuk bunyi
ujar, sedangkan untuk sifat bunyi bahasa yang kedua, digunakan istilah fonem.
Namun, Gleason mendefinisikan fonem
sebagai “A class of sound which (1) are
phonetically similar and (2) show certain characteristic patterns of
distribution in the language or dialect under consideration”. Karena itu
fonem merupakan ciri dari bahasanya sendiri yang tidak mungkin digunakan dalam
bahasa lain. Dalam Principles of Phonology, Trubetzkoy mengutip beberapa definisi fonem, antara lain dari Daniel
Jones, yang mendefinisikan
fonem sebagai sekelopok bunyi bahasa yang terhubung secara akustis atau
artikulatoris dan tak pernah muncul dalam lingkungan fonis yang sama. A.W de
Groot mendefinisikan fonem sebagai bagian terkecil dari ujaran yang mempunyai
fungsi untuk mengidentifikasi dan mengenali. Pada awalnya, Trubetskoy sendiri
mendefinisikan fonem sebagai citra bunyi (sound
image) yang terkecil yang mampu menghubungkan citra makna dan membedakan
kata. Namun kemudian ia menyatakan bahwa kita dapat memilih definisi fonem dari
linguist yang ada asalkan definisi itu didasarkan pada fungsi fonem dalam
sistem bahasa. Hal ini didasarkan pada konsep yang diberikan oleh Jakobson. Definisi
yang diberikannya telah bersih dari elemen psikologi karena linguistik bukanlah
konsep psikologis. Menurut Jakobson; lewat fonem dapat dipahami bahwa properti
fonis yang dapat dianalisis lewat ujaran sebagai elemen terkecil yang
membedakan unit makna.
Adapun definisi fonem yang diberikan
laver (1994: 41-2) terdiri atas dua bagian. Dalam bagian pertama definisi fonem
terfokus pada konstrastif antara satu fonem dengan yang lain sedangkan yang kedua
terfokus pada distribusi kontekstual anggota-anggota/variasi suatu fonem.
Definisi pertamanya adalah:
two speech sounds are said to be
manifestations of different phoneme in a given accent of a language when they
act as the basis of contrastive opposition that distinguishes a pair of words
of identical phonological structure, differing in systemic choice made at a
single place in that structure.
Adapun
definisi bagian keduanya adalah;
Speech sounds regularly occurring in
a number of different structures and context may be classified as members of a
given phoneme if their occurrences are in complementary distribution and if
they display sufficient phonetic similarity to make it plausible to class them
together as members of common set.
Jadi secara umum terlihat bahwa
definisi fonem dihubungkan dengan fungsinya, yaitu: membedakan makna. Dalam hal
ini fungsi fonem terkait dengan makna leksikal suatu kata, apakah fonem
tersebut menimbulkan makna yang berbeda atau tidak. Biasanya hal ini dapat
dilihat dalam pasangan minimal (minimal
pairs). Misalnya /lugu/ dan /laga/. Fonem u dan a dalam konstruksi tersebut
menghasilkan makna yang berbeda, karena itu dikatakan bahwa fonem berfungsi
sebagai pembeda.
Sebagai landasan untuk menganalisa
Bahasa Bugis dalam tulisan ini, akan digunakan kriteria penentuan fonem dari Gleason (1961) dan Samsuri
(1982). Dalam mendefinisikan fonem, Gleason juga menyebutkan kriteria penentuan
fonem, yaitu;
- Bunyi tersebut serupa secara fonetis
- Menunjukkan pola karakteristik tertentu dalam pendistribusiannya pada suatu bahasa. Dalam pendistribusiannya dapat dilihat apakah fonem-fonem tersebut merupakan variasi bebas (free variation) atau distribusi komplementer (complementary distribution).
Yang dimaksud dengan variasi bebas adalah jika fonem-fonem
tersebut muncul pada tempat yang sama di dalam kata. Fonem- fonem tersebut
dikatakan merupakan fonem yang sama jika makna kata tidak berubah. Contohnya [ph]
dan [p] dalam kata [spin];spin,. [phin];
pin. Adapun distribusi komplementer
adalah fonem-fonem yang saling melengkapi dalam hal kemunculannya di dalam
kata. Kemunculan ini tidak dapat dipertukarkan. Misalnya bunyi ‘clear l’ [l] pada kata lamp dengan ‘bunyi dark l’ [l] dalam kata kill. (Crystal:161)
Sub-kelas suatu bunyi bahasa yang
kemunculannya saling melengkapi sehingga fonem-fonem tersebut merupakan fonem
yang sama disebut alofon suatu fonem. Jadi suatu fonem dapat merupakan
sekelompok alofon. Jadi, variasi fonem-fonem yang berada dalam variasi bebas
merupakan alofon (Gleason:164)
Berikut analisis bunyi konsonan dalam bahasa Bugis dengan
menggunakan pasangan minimal (minimal
pair).
tanre x manre :
/t/ dan /m/ (phoneme)
tʃekkε x dekkε :
/tʃ/ dan /d/ (phoneme)
bujuŋ x jujuŋ :
/b/ dan /j/ (phoneme)
tʃemmε x kemmε :
/tʃ/ dan /k/ (phoneme)
manuɁ x matuɁ :
/n/ dan /t/ (phoneme) /Ɂ/
kεnro x tεnro :
/k/ dan /t/ (phoneme)
lokka x jokka :
/l/ dan /j/ (alofon)
maŋŋoroɁ x maŋŋoto :
/r/ dan /t/ (phoneme)
pattole x mattole :
/p/ dan /m/ (phoneme)
suliɁ x guliɁ :
/s/ dan /g/ (phoneme)
mawenni x mabenni :
/w/ dan /b/ (phoneme)
maññawa x mallawaɁ :
/ñ/ dan /l/ (phoneme)
Dari
data di atas dapat ditetapkan system konsonan Bahasa Bugis pada tabel berikut.
|
Bilabial
|
Alveolar
|
Palatal
|
Velar
|
Glottal
|
Nasal
|
m
|
n
|
ñ
|
ŋ
|
ʔ
|
Stop
|
p b
|
t d
|
|
k g
|
|
Fricative
|
|
s
|
tʃ j
|
|
|
Central
|
|
r
|
|
w
|
|
Lateral
|
|
l
|
|
|
|
Analisis bunyi vocal dalam Bahasa
Bugis sebagai berikut dengan menggunakan stressed syllable dan minimal pair.
La¯/o x la¯/i : /o/ dan /i/ I u
pa¯/u x pa¯/o :/u/ dan /o/ ε Ə o
ma/ε¯/lo
x ma/ε¯/lε : /o/ dan /ε/ a a
ma/bε¯/la
x ma/bε¯/li : /a/ dan /i/
lε¯/kkε/ x lƏ/kkε : /ε/ dan /Ə
Tidak ada komentar:
Posting Komentar